BAB bayi yang berbusa merupakan hal yang normal, karena sistem pencernaannya masih dalam penyesuaian. Namun sepanjang bayi masih tampak aktif, ceria, tidak rewel, dan berat badannya naik, maka tidak ada masalah. Selain akibat pencernaannya yang masih dalam masa penyesuaian, biasanya BAB bayi yang berbusa juga dapat menjadi tanda bahwa tubuhnya kelebihan laktosa, yaitu gula yang terkandung di dalam ASI.
Pada dasarnya, ASI terdiri dua bagian, yaitu foremilk dan hindmilk. Dilansir dari kellymom.com, foremilk ialah ASI yang keluar saat si Kecil mulai mengisap payudara Mama. Sedangkan hindmilk merupakan ASI yang keluar setelah foremilk. Hindmilk cenderung lebih kental dan mengandung lebih banyak kalori dan juga lemak. Foremilk memiliki lebih sedikit nutrisi dibandingkan dengan hindmilk. Nah, jika bayi terlalu banyak mendapatkan foremilk saat menyusui, tubuh tidak mampu mencerna laktosa sehingga kotoran yang dikeluarkannya mengandung busa.
Jika si Kecil sering mengalami feses berbusa, maka usahakan untuk menyusuinya selama 20 menit di satu sisi sebelum beralih ke payudara lainnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bayi menerima cukup hindmilk untuk mengurangi keberadaan busa pada fesesnya. Memindahkan bayi dari payudara satu ke payudara lainnya terlalu cepat juga akan membuat si Kecil terlalu banyak mengisap foremilk.
Selain disebabkan oleh foremilk yang terkandung dalam ASI, ada penyebab lain yang dapat mengakibatkan BAB berbusa pada bayi. Faktor utama yang menjadi penyebab BAB berbusa pada bayi adalah kandungan foremilk yang berlebih pada ASI yang si Kecil konsumsi. Ternyata tak hanya itu, ada beberapa penyebab lain yang juga dapat mengakibatkan BAB bayi berbusa. Dilansir dari laman Medical News Today, berikut beberapa penyebabnya:
- Infeksi
Infeksi bakteri, parasit, dan virus yang menyerang sistem pencernaan dapat menyebabkan terbentuknya gelembung-gelembung gas. Gelembung gas inilah yang nantinya membuat feses berbusa. Biasanya, sumber infeksi paling umum yang menyebabkan feses berbusa yaitu parasit Giardia. Parasit ini menginfeksi si Kecil yang tak sengaja meminum atau berenang di air yang sudah tercemari oleh parasit Giardia. Tak hanya feses yang berbusa, biasanya infeksi disertai juga dengan gejala lainnya seperti, kelelahan, kembung, mual, kram perut, berat badan turun secara tiba-tiba. Kondisi ini bisanya berlangsung selama 2 hingga 6 minggu hingga gejala mereda.
- Irritable Bowel Syndrome (IBS)
IBS merupakan ketidakmampuan usus besar untuk berfungsi sebagaimana mestinya. Pada bayi dengan IBS, usus biasanya mengalami kontraksi yang tidak teratur sehingga bisa menyebabkan masalah pencernaan seperti diare atau sembelit. Selain itu, bayi yang mengalami IBS juga biasanya memiliki feses yang berlendir dan membuat tampilannya tampak seperti berbusa. Gejala lain yang menandakan IBS di antaranya, kram dan nyeri perut, perut kembung, sering sendawa, kelelahan.
- Pankreatitis
Pankreatitis adalah radang kelenjar pankreas yang terbagi menjadi kondisi akut dan kronis. Masalah kesehatan yang satu ini menghalangi kemampuan bayi untuk mencerna lemak. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit di perut bagian atas hingga menyebar ke belakang perut. Kelainan genetik bisa menjadi penyebab penyakit pankreatitis. Pankreatitis juga dapat menyebabkan tinja berbusa yang disertai dengan gejala lainnya seperti, demam, mual dan muntah, denyut jantung lebih cepat dari biasanya, perut membengkak.
Jika feses si Kecil terus berbusa lebih dari dua kali, maka hal ini menjadi tanda peringatan yang diberikan tubuhnya untuk Mama sadari. Apalagi jika kondisi ini disertai dengan gejala lain seperti, demam yang melebihi 38.6° Celcius, adanya darah pada feses, sakit perut yang cukup parah dan tak tertahankan. Jika anak mengalami berbagai gejala di atas, maka tandanya Mama tak perlu lagi menunda-nunda untuk pergi ke dokter. Segeralah temui dokter untuk memastikan apakah yang memicu bayi mama menjadi rewel, gumah, hingga BAB berbusa. Dengan begitu, dokter dapat memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi si Kecil.
Untuk bayi dibawah usia 6 bulan, diharapkan hanya diberikan ASI saja tidak perlu adanya tambahan susu ataupun makanan lainnya bahkan air putih sekalipun. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir saluran cernanya terkena infeksi ataupun masalah pencernaan lain. Selain cara tersebut, Mama juga disarankan untuk melakukan beberapa hal berikut:
- Jangan berikan obat anti diare pada bayi tanpa pertimbangan dokter, karena berisiko menyebabkan gangguan kesehatan.
- Terus berikan ASI agar kebutuhan cairannya terpenuhi, dan menggantikan cairan yang keluar akibat BAB berbusa tersebut.
- Berikan ASI ekslusif sampai 6 bulan, pada awal melahirkan mungkin jumlah ASI sedikit, namun seiring seringnya menyusui dengan teknik yang benar, maka akan merangsang tubuh Mama untuk memproduksi ASI lebih banyak lagi. Selain itu, penuhi pula kebutuhan nutrisi Mama dengan konsumsi makanan bergizi seimbang, agar ASI yang diproduksi lebih banyak.
- Menjaga kebersihan diri bayi dan juga alat-alat minumnya (jika menggunakan pompa asi ataupun susu formula). Disarankan untuk direbus dan segera ganti dengan yang bersih apabila sempat terjatuh ke kasur.
Pencernaan yang sehat akan menunjang pertumbuhan, perkembangan, serta imunitas bayi. Sehingga, penting bagi Mama untuk memahami tahapan perkembangan pencernaan si Kecil, agar Mama bisa memberi nutrisi yang tepat. Untuk menjaga sistem pencernaanya dengan baik dan mencegah terjadinya BAB berbusa pada bayi, berikut hal yang perlu Mama lakukan:
- Asupan nutrisi untuk bayi usia 0-3 bulan
Di usia 0-3 bulan, makanan terbaik untuk si Kecil adalah ASI atau susu formula. Pada usia ini, enzim pencernaannya belum terbentuk dengan sempurna, termasuk enzim laktase yang berfungsi mengurai laktosa agar bisa diserap tubuh. Sehingga di usia ini, beberapa bayi memiliki intoleransi laktosa.
- Asupan nutrisi untuk bayi usia 4-6 bulan
Saat memasuki usia 6 bulan, si Kecil sudah bisa mengonsumsi makanan selain ASI. Mulailah dari makanan yang memiliki tekstur lembut, seperti bubur sereal bayi. Saat mengenalkan bubur bayi, beri si Kecil waktu untuk menyesuaikan lidahnya. Mama tak perlu buru-buru mendorong anak untuk memakan sereal bayi. Di awal, cobalah dekatkan satu sendok bubur bayi pada mulut si Kecil dan amati reaksinya. Jika dia menolak, jangan langsung mencoba lagi, tunggu sejenak atau beberapa hari. Selain bubur bayi, Mama juga bisa memberikan jus buah, seperti pisang, apel, pepaya dan ubi. Namun, Mama harus pastikan teksturnya betul-betul lembut.
Meski terdengar klise, tapi menjaga kebersihan rumah memang sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan bayi. Ganti pakaian dan sprei, serta bersihkan kamarnya secara rutin. Mama dan keluarga juga harus rajin mencuci tangan ketika ingin melakukan kontak fisik dengan si Kecil. Selain itu, pastikan alat makannya selalu steril.
Cara sterilisasi yang paling mudah adalah dengan merendam alat makan di dalam air yang mendidih. Kemudian, selalu cuci alat makannya dengan sabun antibakteri yang aman untuk bayi di bawah air mengalir. Setelah itu, jangan biarkan alat makan berada dalam keadaan basah berlama-lama. Segera keringkan dan simpan di tempat yang tidak lembap. Langkah-langkah ini akan meminimalisir paparan bakteri dan kuman ke tubuh si Kecil. Maka dari itu, untuk lebih pasti, konsultasikanlah keluhan si Kecil pada dokter spesialis sebelum terlambat.